"Banyak mahasiswa yang tinggalnya di kos-kosan tetapi bayarnya dollar"
Sebenarnya informasi ini saya dapat dari browsing di internet, bahwa peluang mengguliti bisnis online dewasa ini sangat berpontensi, mengingat bahwa perkembangan terknologi telah memhubungkan manusia dengan manusia meskipun berbeda tempat dengan mengunakan teknolgi sistem online, dan hal ini akan semakin berkembang dari ketahun. hal itulah wajar kemudian transaksi lewat sistem online mengalami peningkatan capat.
Tak semua mahasiswa yang menempuh studi di Yogyakarta berasal dari keluarga
mampu. Banyak dari mereka yang kemudian menjalani usaha memenuhi kebutuhan
hidup dan uang kuliah, salah satunya dengan berbisnis online.
Bahkan dalam satu tahun diperkirakan
pendapatan mahasiswa berbisnis online bisa mencapai Rp1 triliun. Usaha ini
tidak bisa dideteksi oleh Bank Indonesia karena bisnis online.
“Data pendapatan mahasiswa yang melakukan bisnis online selama satu tahun bisa mencapai Rp1 triliun. Ini berdasarkan penelitian terhadap sejumlah mahasiswa terutama di STMIK AMIKOM. Data itu bisa diperoleh di Kantor Pos Besar Yogyakarta, tempat mereka melakukan transaki pengiriman barang maupun uang,” kata Ketua STMIK AMIKOM Prof M. Suyanto di Kepatihan, Yogyakarta.
Menurut Suyanto, bisnis online mereka lakukan dengan banyak cara. Antara lain, dengan advertising (iklan) melalui blog. Mahasiwa bekerjasama dengan perusahaan besar seperti Google, Double Click, American Online dan lainnya. Termasuk dengan affiliate programme atau menjual produk orang lain dan membuat ulasan tentang suatu produk.
“Pengguna internet di dunia ini sebanyak 2,4 miliar sehingga ini merupakan pangsa yang menggiurkan. Sekarang banyak mahasiswa yang tinggalnya di kos-kosan tetapi bayarnya dollar. Untuk beberapa bisnis seperti affliliate programme mereka tidak perlu modal,” ujar Prof. Suyanto.
Usaha para mahasiswa kata Suyanto memang tidak terdeteksi karena mereka bekerja sendiri tidak mendirikan perusahaan berupa PT. maupun CV. Karena itu. tidak mengherankan jika mahasiswa yang melakukan bisnis online pendapatannya bisa lebih dari Rp10 juta per bulan. Bahkan ada yang Rp35 juta hingga Rp100 juta melalui project dari luar negeri.
“Namun kita belum bisa mendata secara detail berapa banyak mahasiswa yang melakukan bisnis online di Yogyakarta,” katanya.
Lebih lanjut Suyanto mengatakan bisnis online itu mudah diajarkan dan dikerjakan. Hal yang paling diperlukan adalah kejujuran dan kedisiplinan. Karena itu dia mengusulkan supaya pemerintah mulai mengimplementasikan hal tersebut kepada masyarakat khususnya para wirausahawan muda.
“Pola penjualan melalui internet bisa menjadi salah satu cara pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan. Bahkan penjualan lewat internet bisa dimanfaatkan oleh para pengrajin. Saya bisa mengajari bagaimana cara menjualnya,” ujar Suyanto.
Sumber : VIVAnews.com
“Data pendapatan mahasiswa yang melakukan bisnis online selama satu tahun bisa mencapai Rp1 triliun. Ini berdasarkan penelitian terhadap sejumlah mahasiswa terutama di STMIK AMIKOM. Data itu bisa diperoleh di Kantor Pos Besar Yogyakarta, tempat mereka melakukan transaki pengiriman barang maupun uang,” kata Ketua STMIK AMIKOM Prof M. Suyanto di Kepatihan, Yogyakarta.
Menurut Suyanto, bisnis online mereka lakukan dengan banyak cara. Antara lain, dengan advertising (iklan) melalui blog. Mahasiwa bekerjasama dengan perusahaan besar seperti Google, Double Click, American Online dan lainnya. Termasuk dengan affiliate programme atau menjual produk orang lain dan membuat ulasan tentang suatu produk.
“Pengguna internet di dunia ini sebanyak 2,4 miliar sehingga ini merupakan pangsa yang menggiurkan. Sekarang banyak mahasiswa yang tinggalnya di kos-kosan tetapi bayarnya dollar. Untuk beberapa bisnis seperti affliliate programme mereka tidak perlu modal,” ujar Prof. Suyanto.
Usaha para mahasiswa kata Suyanto memang tidak terdeteksi karena mereka bekerja sendiri tidak mendirikan perusahaan berupa PT. maupun CV. Karena itu. tidak mengherankan jika mahasiswa yang melakukan bisnis online pendapatannya bisa lebih dari Rp10 juta per bulan. Bahkan ada yang Rp35 juta hingga Rp100 juta melalui project dari luar negeri.
“Namun kita belum bisa mendata secara detail berapa banyak mahasiswa yang melakukan bisnis online di Yogyakarta,” katanya.
Lebih lanjut Suyanto mengatakan bisnis online itu mudah diajarkan dan dikerjakan. Hal yang paling diperlukan adalah kejujuran dan kedisiplinan. Karena itu dia mengusulkan supaya pemerintah mulai mengimplementasikan hal tersebut kepada masyarakat khususnya para wirausahawan muda.
“Pola penjualan melalui internet bisa menjadi salah satu cara pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan. Bahkan penjualan lewat internet bisa dimanfaatkan oleh para pengrajin. Saya bisa mengajari bagaimana cara menjualnya,” ujar Suyanto.
Sumber : VIVAnews.com
Tidak ada komentar: